JUDUL SKRIPSI PENGARU PENGGUNAAN PUPUK CASCING TERHADAP PRODUKSI KANGKUNG DARAT








PENGARUH PENGGUNAAN BEKAS CACING (KASCING)
TERHADAP PRODUKSI KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans)




PROPOSAL SKRIPSI





Oleh :
WEMILENUS KAROBA
NPM. 16406030006









PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN
MALANG
2018

















BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Rendahnya kandungan bahan organik tanah akan menjadikan rendahnya kemampuan tanah dalam mengikat ion unsur hara, tingginya pencucian unsur hara dan erosi tanah. Oleh karena itu rendahnya kandungan bahan organik tanah dapat mengancam keberlangsungan fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi penurunan produktivitas tanah untuk mendukung produksi tanaman secara maksimal (Santoso, 2010).
Bahan organik tanah akan mempengaruhi fisika, kimia dan biologi tanah. Secara fisika tanah, bahan organik tanah mampu mempengaruhi struktur tanah, porositas, permeabilitas, kemampuan menahan air. Secara kimia tanah, bahan organik tanah mampu mempengaruhi pH tanah, kemampuan menyerap kation, sumber hara makro dan mikro, dan kelarutan Al dengan membentuk kompleks Al-organik. Secara biologi tanah, bahan organik tanah mampu mempengaruhi kondisi kehidupan dalam tanah, dan keragaman organisme tanah.
Salah satu sumber bahan organik adalah kascing. Kascing adalah kompos yang diproduksi oleh cacing tanah serta dibantu oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan actynomicetes (Sudirja dkk., 2005). Berdasarkan adanya kandungan unsur hara dan kemampuan mempengaruhi karakteristik tanah serta pertumbuhan dan hasil tanaman, maka kascing berfungsi sebagai pupuk organik. Oleh karena itu pemberian kascing sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil analisis kimia kascing menunjukkan, adanya kandungan C yang sangat tinggi serta beberapa unsur hara makro dan mikro lainnya seperti unsur hara N, P, K Ca, Mg, S, dan Fe dengan kriteria sangat tinggi (Palungkun dalam Dahlia, 2004).
Kascing juga mengandung mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman seperti giberelin, sitokinin, dan auxsin. Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi bisa mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman (Mashur, 2001). Kascing mengandung asam humat yang bersama-sama dengan tanah liat berperan terhadap sejumlah reaksi kimia didalam tanah yang berdampak pada peningkatan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan kesuburan tanah (Mulat, 2003).
Kangkung termasuk sayuran yang populer dan digemari masyarakat Indonesia. Tanaman kangkung berasal dari India sekitar 500 SM, yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan Afrika. Nama latin kangkung adalah Ipomoea reptans. Di Cina, sayuran ini dikenal dengan nama Weng Cai, sedangkan di Eropa kangkung disebut Swamp Cabbage. Di Indonesia kangkung memiliki beberapa nama daerah, yaitu Kangkueng (Sumatera), Kangko (Sulawesi) dan Utangko (Maluku)
Salah satu tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi serta memperlukan bahan organik dalam budidayanya adalah tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans). Kangkung merupakan jenis sayuran yang sudah dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, kangkung darat merupakan tanaman berumur pendek, yang mengandung gizi cukup tinggi, yaitu vitamin A, B, C, protein, kalsium, fosfor, sitosterol dan bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan (Maria, 2009).
Kangkung darat (Ipomoea reptans) dapat tumbuh dengan baik di pekarangan rumah, maupun areal persawahan. Kangkung juga dapat hidup dengan baik di daratan tinggi maupun daratan rendah. Selain itu tanaman kangkung darat dapat ditanam di daerah yang beriklim panas maupun lembab, serta tumbuh baik pada tanah yang kaya bahan organik dan unsur hara yang cukup, sehingga dalam pembudidayaan kangkung membutuhkan pupuk untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil panen.

B.   Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bekas cacing (kascing) terhadap produksi kangkung darat (Ipomoea reptans).

C.   Hipotesis
Diduga ada pengaruh penggunaan bekas cacing (kascing) terhadap produksi kangkung darat (Ipomoea reptans).





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Tanaman Kangkung Darat
Kangkung merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam famili Cnvolvulaceae. Tanaman kangkung dapat digolongkan sebagai tanaman sayur. Kangkung terdiri dari 3 jenis yaitu kangkung air (Ipomoea aquatica F.), kangkung darat (Ipomoea reptans P), dan kangkung hutan (Ipomoea crassiculatus R.) (Pracaya dalam Budiati, 2017:1).
Kangkung darat (Ipomoea reptans P.) merupakan sayuran yang bernilai ekonomi tinggi dan persebarannya cukup pesat di daerah Asia Tenggara. Kangkung darat merupakan tanaman yang relatif tahan kekeringan dan memiliki daya adaptasi luas terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuh, mudah pemeliharaannya, dan memiliki masa panen yang pendek yaitu 25-30 hari setelah tanam. Kangkung memiliki kandungan gizi yang lengkap, diantaranya protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium, vitamin A, B, C dan karoten (Pracaya dalam Budiati, 2017:1).
1.    Klasifikasi Kangkung Darat
Tanaman kangkung darat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Plantea (tumbuhan)
Subkingdom   : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio    : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio            : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas               : Magnoliapsida (berkeping dua/dikotil)
Sub kelas         : Asteridae
Ordo               : Solanales
Familia            : Convolvulaceae (suku kankung-kangkungan)
Genus              : Ipomea
Spesies            : Ipomea reptans (Rukmana, 1994)
Jenis kangkung darat mempunyai daun berwarna hijau muda dan berukuran lebih kecil dan sempit. Batangnya pun lebih kecil dan berwarna hijau pucat. Kedua jenis kangkung tersebut digunakan untuk berbagai jenis masakan.

2.    Morfologi Tanaman Kangkung Darat
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Djuariah, 2007).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung (Maria, 2009).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif (Maria, 2009).

B.   Syarat Tumbuh
Sayuran ini dapat tumbuh dengan baik di pekarangan rumah, maupun areal persawahan. Kangkung juga dapat hidup dengan baik di daratan tinggi maupun daratan rendah sehingga hampir di seluruh tanah air kita tanaman ini dapat dibudidayakan. Selain itu tanaman kangkung darat dapat ditanam di daerah yang beriklim panas maupun lembab, serta tumbuh baik pada tanah yang kaya bahan organik dan unsur hara yang cukup, sehingga dalam pembudidayaan kangkung membutuhkan pupuk untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil panen (Rukmana, 1994)
1.  Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat (Ipomea reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500 – 5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun (Aditya, 2009).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C (Aditya, 2009).
2.  Media Tanam
Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea reptans) membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).
3.  Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk (Anggara, 2009).

C.   Manfaat dan Kandungan Gizi Kangkung
Kegunaan kangkung selain sebagai sumber vitamin A dan mineral serta unsur gizi lainnya yang berguna bagi kesehatan tubuh, juga dapat berfungsi untuk menenangkan syaraf atau berkhasiat sebagai obat tidur. Tanaman kangkung juga mujarab untuk dijadikan bahan obat tradisional, diantaranya berkhasiat sebagai penyembuh penyakit sembelit serta akar kangkung yang berguna untuk obat penyakit wasir (Rukmana, 1994).
Kandungan gizi dalam sayuran kangkung menurut Haryoto (2009).
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Kangkung dalam 100 gram Sayuran Segar
No
Kandungan Gizi
Jumlah
1
Energi (kal)
29
2
Protein (g)
3,0
3
Lemak (g)
0,3
4
Karbohidrat (g)
5,4
5
Kalsium (mg)
73
6
Fosfor (mg)
50
7
Zat Besi (mg)
2,5
8
Vitamin A (SI)
6.300
9
Vitamin B1 (mg)
0,07
10
Vitamin C (mg)
32
11
Air (g)
89,7
Sumber: Haryoto, 2009.
Menurut Edi dan Yusri dalam Budiati (2017:6) menyatakan bahwa kandungan gizi dan manfaat kangkung sama seperti sayuran pada umumnya kangkung mengandung serat yang tinggi. 100 gram kangkung darat mengandung 458 gram kalium dan 49 gram natrium. Kedua zat ini merupakan persenyawaan garam bromida yang bekerja sebagai obat tidur karena sifatnya yang menekan susunan saraf pusat. Kangkung mengandung zat sedatif dimana dapat menurunkan ketegangan dan menginduksi ketenangan. Zat sedatif dalam kangkung ini lebih banyak kandungannya pada kangkung darat daripada kangkung air. Senyawa ipomea dalam kangkung juga mengandung senyawa lysergic acid, yaitu morning glory seed yang berkhasiat sebagai halusinogenik.
Menurut Edi dan Yusri dalam Budiati (2017:7) kangkung kaya akan senyawa fitokimia. Senyawa fitokimia merupakan komponen bioaktif dan antioksidan alami bagi tubuh. Senyawa ini berperan sebagai nutrisi dan serat alami yang dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas dan mencegah pertumbuhan sel kanker. Beberapa manfaat lain dari senyawa fitokimia adalah menurunkan resiko terhadap penyakit kanker, hati, stroke, tekanan darah tinggi, katarak, osteoporosis dan infeksi saluran pencernaan. Beberapa senyawa fitokimia adalah alkaloid, flavanoid, kuinon, tanin, polifenol, saponin yang fungsinya saling melengkapi. Sebagai antiracun, antiradang, peluruh kencing, menghentikan pendarahan, dan memiliki efek sedatif pada kangkung mampu membawa zat berkhasiat kesaluran pencernaan. Karena itulah kangkung memiliki kemampuan menetralkan racun. Dalam setiap 100 gram kangkung terdapat 289 mg purin, oleh karena itulah konsumsi kangkung oleh penderita asam urat harus dibatasi.

D.   Pupuk Kascing (Bekas Cacing)
Kascing adalah tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk sampingan dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik, sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Agung, 2007).
Kascing merupakan kotoran cacing yang dapat berguna untuk pupuk, kascing ini mengandung partikel-partikel partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan kemudian di keluarkan tergantung pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun umumnya kascing mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral, vitamin. Karena mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka Kascing dapat digunakan sebagai pupuk (Simanungkalit, 2006).
Kascing mengandung hampir semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Keberadaannyapun dapat langsung tersedia dan dimanfaatkan sebagai pupuk. Pengaplikasian kascing sebanyak 3,5 ton per hektar (Hamidah, 2010) sangat cocok dilakukan pada tanah yang memiliki ketersediaan C-Organik (karbon organik) rendah seperti pada umumnya tanah-tanah Inceptisol Karawang karena pada dosis tersebut dapat menjadikan rasio C/N menjadi rendah dan pH tanh mendekat rata-rata 6,8.
Kascing merupakan kotoran cacing tanah yang bertekstur halus, kotoran tersebut merupakan hasil olahan bahan organik dan beberapa unsur mineral esensial dari tanah yang dimakan oleh cacing. Kascing memberikan manfaat bagi tanaman diantaranya menyuburkan dan menggemburkan tanah sehingga cocok sebagai media tanam, merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun, merangsang pertumbuhan bunga, mempercepat panen serta meningkatkan produktivitas (Manahan. S, dkk, 2016)
Kascing merupakan pupuk organik yang mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Kascing memiliki unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral dan vitamin. Kotoran cacing tanah sebagai bahan organik mengandung berbagai bahan atau komponen yang secara fisik maupun kimiawi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama dalam fase pembibitan yang membutuhkan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhannya. Berdasarkan hasil analisis, kotoran cacing mengandung unsur hara N, P, K, Na, Ca, dan Mg. Kotoran cacing dapat meningkatkan pH tanah, populasi mikroflora dalam tanah, kadar humus dan kandungan N, P, K dalam tanah serta unsur hara mikro lainnya yang dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman (Rismunandar, 1994).
Pemupukan merupakan salah satu komponen penting dalam usaha meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk organik kascing merupakan pupuk organik plus, karena mengandung unsur hara makro dan mikro serta hormon pertumbuhan yang siap diserap tanaman. Kascing biasanya mengandung nitrogen (N) 0,63%, fosfor(P) 0,35%, kalium (K) 0,2%, kalsium (Ca) 0,23%, mangan (Mn) 0,003%, magnesium (Mg) 0,26%, tembaga (Cu) 17,58%, seng (Zn) 0,007%, besi (Fe) 0,79%, molibdenum (Mo) 14,48%, bahan organik 0,21%, KTK 35,80 me%, kapasitas menyimpan air 41,23% dan asam humat 13,88% (Mulat, 2003).
Parnihadi (2009) kascing dapat membantu mengembalikan kesuburan tanah karena di dalam kascing terdapat banyak mikroorganisme dan karbon organik yang mendorong perkembangan ekosistem dan rantai makanan tanah. Karbon organik dalam kascing menjadi sumber energi bagi biota tanah. Kandungan nutrisi, ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan mikroorganisme dalam kascing bersama-sama meningkatkan ketersediaan dan daya kerja nutrisi yang terkandung di dalamnya. Komposisi kascing juga meliputi berbagai zat yang esensial bagi tanaman. Zat ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil tetapi bila tidak tersedia dapat mengganggu perkembangan dan produksi tanaman yang diusahakan. Kascing menyediakan nutrisi bagi tanaman dalam waktu yang relatif lebih lama (longivity) karena nutrisi dilepas secara berangsur oleh mikroba atau bakteri yang terkandung di dalamnya.
Unsur-unsur kimia yang terdapat dalam kascing  siap diserap tanaman dan sangat berguna bagi pertumbuhan dan produksinya. Disamping itu kascing mengandung mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi ini bisa mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman (Anonymous, 2017).
Kascing  mengandung  asam  humat dimana merupakan hasil akhir proses dekomposisi bahan organik yang terdiri dari zat organik, disamping itu juga memiliki struktur molekul komplek yang mengandung gugus aktif sehingga mampu untuk menstimulasi dan mengaktifkan proses biologi serta fisiologi pada organisme hidup dalam tanah sehingga mampu menangkap semua nutrisi tanaman dan merubahnya menjadi bahan dalam bentuk tersedia bagi tanaman, disamping itu juga bersama-sama dengan tanah liat berperan terhadap sejumlah reaksi kimia didalam tanah yang meningkatan KTK sehingga berdampak pada kesuburan tanah (Mulat, 2003).
Secara fisik, Kascing mempunyai struktur remah sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Kascing juga mengandung enzim protease,  amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam proses perombakan bahan organik (Mashur, 2001).

E.   Pengaruh Penggunaan Kascing terhadap Produksi Tanaman
Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pemberian pupuk kascing berpengaruh baik terhadap tanaman. Berbagai penelitian dalam pemberian kascing yang sesuai dosis dapat meningkatkan perbedaan yang nyata dalam luas daun dan bobot kering tanaman dengan dosis optimum 7,5 ton/ha pada tanaman tomat (Farida, 1995 dalam Paramita, 2009). Hal itu juga sama pada penelitian Hidayat (2002) menunjukan tanaman buncis memberikan hasil maksimal apabila diberi kascing sebanyak 60g/tanaman. Fransisca, (2009) menyatakan bahwa tanaman sawi yang diberi kascing mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan bobot segar pada tanaman sawi. Sedangkan hasil penelitian Paramita (2009), dengan pemberian 7,5 ton/ha mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter krop, berat basah bagian atas (krop), dan bawah akar tanaman, berat kering bagian atas (krop) dan bawah akar tanaman pada tanaman selada. 
Pemberian kascing 8 ton/ha pada tanaman caisim didapat rerata jumlah  daun 7,5 helai dan berat segar tajuk 21,1 g/tanaman paling tinggi (Fahrudin,  2009). Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa kascing berpengaruh nyata terhadap perbaikan struktur dan kesuburan tanah (Sudirja, 2005 dalam Paramita, 2009). Demikian juga dengan hasil penelitian Setiaji, (2013) menjelaskan bahwa Pupuk kascing berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun, pemberian pupuk kascing dosis 8 ton/ha merupakan dosis optimum yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun.
Penggunaan kascing bisa memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman. Secara umum, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dosis kascing, semakin tinggi perubahan pertumbuhan dan produksi yang dicapai. Berat tongkol jagung tanpa kascing hanya 12,67 gram, sedangkan dengan menggunakan kascing 300 gram/m2 berat tongkol 64,64 gram (Mulat dalam Prihatiningsih, 2008).
Hasil penelitian Winten dalam Sinda (2015) menyatakan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan dosis 10 ton ha-1 memberikan hasil tanaman selada berat kering oven sebesar 0,232 kg ha-1 atau meningkat sebesar 9,43% dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kascing. Hasil penelitian Srilaba dalam Sinda (2015) menunjukkan bahwa penggunaan kascing dengan dosis 5 ton ha-1 dapat menghasilkan tongkol jagung segar sebesar 14,522 ton ha-1 atau lebih tinggi 4,41% dari dosis 0 ton ha-1.
Krisnawati dalam Fahrudin (2009) menyatakan bahwa kascing berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan vegetative kentang yang meliputi: tinggi tanaman, berat basah dan berat kering tanaman. Pertumbuhan vegetatif tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk kascing yaitu tinggi tanaman rata-rata 33,33 cm, berat basah tanaman rata-rata 99,73 g dan berat kering tanaman rata-rata 8,95 g dan terendah pada perlakuan tanpa pemberian pupuk kascing, yaitu tinggi tanaman rata-rata 24,70 cm, berat basah tanaman rata-rata 87,49 g dan berat kering rata-rata 8,38 g.
Hasil penelitian Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Denpasar menunjukkan bahwa sawi yang ditanam menggunakan media bekas kascing sebanyak 5 ton/hektar meningkatkan panen sawi sebanyak 28,088 ton/ha. Pada pemberian pupuk 150 kg Urea, 250 kg ZA, 50 kg SP-36, dan 50 kg KCl hanya menghasilkan 12,826 ton/ha. Selain itu, penampilan sawi lebih segar, lembut, warna lebih hijau, cerah dan mengkilap. Panen dapat dilakukan secara bertahap. Di sisi lain, penanaman kedua dan ketiga tidak perlu menambahkan kascing lagi (Fahrudin, 2009).





BAB III
BAHAN DAN METODE

A.   Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di lahan petani di wilayah Kelurahan Sukun Kecamatan Sukun Kota Malang. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2018 hingga April.

B.   Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat-alat antara lain cangkul, sabit, penggaris, tali rafia, timbangan, dan meteran. Sedangkan bahan-bahan penelitian berupa pupuk kascing, benih kangkung darat, Furadan 3G dan polybag ukuran 35 x 35 cm.

C.   Metode
Percobaan ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Adapun susunan perlakuan sebagai berikut:
P0 = Kontrol = Tanah 100% + Kascing 0%
P1 = Tanah 75% + Kascing 25%
P2 = Tanah 50% + Kascing 50%
P3 = Tanah 25% + Kascing 75%
Ulangan
Perlakuan
U1
P3
P2
P1
P0
U2
P0
P1
P2
P3
U3
P2
P0
P3
P1

Gambar 3.1 Denah Penelitian

D.   Pelaksanaan Penelitian
1.    Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah yang diambil dari topsoil sedalam 20 cm, dibersihkan dari kotoran dan ditumbuk halus kemudian dikeringkan selama ± 1 minggu sebelum dimasukan dalam polybag. Media tanam masing-masing diberi furadan 3-G sebanyak 1 gram. Sebelum diisi media tanam, polibag terdahulu dilubangi pada sisinya setinggi 10 cm dari permukaan tanah sebagai tempat keluarnya kelebihan air. Berat media tanam ± 5 kg.
2.    Penyiapan Benih
Benih kangkung yang digunakan dalam percobaan ini adalah varietas Grand-2 yang diintroduksi dari introduksi dari Chia Tai Co. Ltd. (Thailand) dikembangkan dari varietas bersari bebas menjadi varietas unggul.
3.    Penanaman
Penanaman dilakukan setelah media disiram sampai jenuh kemudian didiamkan selama satu hari, selanjutnya biji kangkung dibenamkan ke media dengan kedalaman ± 5 cm kemudian ditutup dengan tanah tipis.
3.    Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kascing. Pemberian pupuk kascing sesuai perlakuan, pupuk kascing dicampurkan dalam media tanam secara merata, diberikan 3 hari sebelum tanam.
4.    Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi media tanam dan membersihkan gulma atau tanaman lain yang dapat mengganggu tanaman kangkung. Untuk mencegah penyakit tanaman diberi Furadan 3-G, pemberiannya pada saat sebelum tanam.
5.    Pengamatan
Pengamatan dilakukan tanpa merusak tanaman dan secara periodik dengan interval 7 hari, dimulai 14 hari setelah tanam. Parameter yang diamati meliputi :
1.   Tinggi tanaman : dihitung mulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuh. Pengukuran dimulai saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam.
2.   Jumlah daun; dihitung banyaknya daun yang telah terbuka sempurna pada satu tanaman.
3.   Persentase Perkecambahan, menghitung semua biji yang berkecambah (%).Daya Kecambah = (A/B) x 100
      Dimana : A : Jumlah benih yang berkecambah
                    B : J umlah benih yang ditanam
4.   Persentase kecambah normal, banyaknya biji yang tumbuh normal (%).
 
Dimana: % KN = persentase kecambah normal pengamatan hari ke-i
                     Ti = hari pengamatan sampai dengan hari ke-i

E.   Analisis Data
Untuk analisis ragam digunakan ANOVA (Analysis Of Variance) dan untuk menguji perbedaan diantara perlakuan digunakan BNT 5%.





DAFTAR PUSTAKA


Aditya, DP. 2009. Budidaya Kangkung. http://dimasadityaperdana.blogspot.com. Diakses pada 3 Maret 2018.

Agung, A.K. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomea Reptans Poir). Universitas Muhamadiyah Metro.

Anggara,  R.  2009.  Pengaruh  Kangkung  Darat  (Iphomea  reptans Poir.)  Terhadap Efek Sedasi Pada Mencit BALB/C. Skripsi. Semarang:    Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.

Anonymous. 2017. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Budiati, Ernanda Tri. 2017. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans P) Pada Media Tanam Arang Sekam dan Cocopeat Serta Konsentrasi POH Cair. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Dahlia, Simanjuntak, 2004. Manfaat Pupuk Organic Kascing dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Tanah dan Tanaman. Bidang Ilmu Pertanian volume 2, No 1.

Djuariah, D. 2007. Evaluasi Plasma Nutfah Kangkung Di Dataran Medium Rancaekek. Jurnal Hortikultura 7(3):756-762.

Fahrudin, F. 2009. Budidaya Caisim (Brassica juncea L,.) Menggunakan Ekstrak Teh dan Pupuk Kascing. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Fransisca, S. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea .L) Terhadap Penggunaan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hamidah, M. (http:/hamidahmamur.wordpress.com/perihal/kascing-sebagai-pupuk-organik/) Diakses pada tanggal 3 Maret 2018.

Haryoto. 2009. Bertanam Kangkung Raksasa di Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta.

Hidayat, A. 2002. Pengaruh Pupuk Organik Kascing dan Inokulan CMA terhadap http:Jurnal/penelitian/bidang/ilmu/pertanian.com. Diakses. 28 Februari 2018.

Manahan, S., Idwar., Wardati. 2016. Pengaruh Pupuk Npk Dan Kascing Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Fase Main Nursery. JOM Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016.

Maria, G.M. 2009. Respon Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) Terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Jurnal Ilmu Tanah 7(1) : 18-22.

Mashur. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah).http://kascing.com/article/ mashur/vermikompos-kompos-cacingtanah. Diakses tanggal 2/3/2018.

Mulat, T. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Nordiyana. 2015. Pengaruh Pomi Pada Budidaya Kangkung. Praktikum Mata Kuliah Agronomi Tanaman Hortikultura. Faperta. Universitas Islam Riau.

Parnihadi. 2009. Manfaat Kascing. http:/parnihadikascing.blogspot.com/2009/11/ Manfaatkascing.html. Diakses pada tanggal 4 Maret 2018.

Paramita, Eka. 2009. Pengaruh Dosis Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Luctuca sativa L,.) Varietas Imperial. Skripsi. Fakultas Pertanian. UKSW. Salatiga.

Prihatiningsih, Nur Laila. 2008. Pengaruh Kascing Dan Pupuk Anorganik Terhadap Serapan K Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Pada Tanah Alfisol Jumantono. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Rukmana, Rahmat. 1994. Seri Budidaya Kangkung. Kanisius. Yogyakarta.

Rismunandar, 1994. Tanah dan Seluk Beluknya Bagi Pertanian. Sinar Baru. Bandung.

Santosa, E. 2010. Membudayakan Kembali Penggunaan Pupuk Hayati. Ketua Kelompok Peneliti Biologi dan Kesehatan Tanah. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

Simanungkalit, R.D.M, Dkk. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor, Jawa Barat.

Sinda, Komang Melati Nusantari Kusuma. 2015.  Pengaruh Dosis Pupuk Kascing Terhadap Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.), Sifat Kimia Dan Biologi Pada Tanah Inceptisol Klungkung. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika Unud Vol. 4, No. 3, Juli 2015.

Sudirja, dkk. 2005. Pengaruh Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai. Gadjah Mada Universitas press. Yogyakarta.

Setiaji, D.E. 2013. Pengaruh Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Daun (Allium Fistolusum. L). Skripsi. UKSW. Salatiga.


malang jawa timur 05-04/2018




by:wemy karoba

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PKL MANAJEMEN PEMBERIANPAKAN SAPI PERAH

RAKER BPH PUSAT IKB-PMPT-SE-DAN BALI MASSA BHAKTI 2018/2019

manajemen pemberian pakan sapi perah.