JUDUL SKRIPSI PENGARU PENGGUNAAN PUPUK CASCING TERHADAP PRODUKSI KANGKUNG DARAT
PENGARUH
PENGGUNAAN BEKAS CACING (KASCING)
TERHADAP
PRODUKSI KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
WEMILENUS KAROBA
NPM. 16406030006
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rendahnya kandungan bahan organik tanah akan menjadikan rendahnya kemampuan
tanah dalam mengikat ion unsur hara, tingginya pencucian unsur hara dan erosi
tanah. Oleh karena itu rendahnya kandungan bahan organik tanah dapat mengancam
keberlangsungan fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman, yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi penurunan produktivitas tanah untuk mendukung produksi
tanaman secara maksimal (Santoso, 2010).
Bahan organik tanah akan mempengaruhi fisika, kimia dan biologi tanah.
Secara fisika tanah, bahan organik tanah mampu mempengaruhi struktur tanah,
porositas, permeabilitas, kemampuan menahan air. Secara kimia tanah, bahan
organik tanah mampu mempengaruhi pH tanah, kemampuan menyerap kation, sumber hara
makro dan mikro, dan kelarutan Al dengan membentuk kompleks Al-organik. Secara
biologi tanah, bahan organik tanah mampu mempengaruhi kondisi kehidupan dalam
tanah, dan keragaman organisme tanah.
Salah satu sumber bahan organik adalah kascing. Kascing adalah kompos yang
diproduksi oleh cacing tanah serta dibantu oleh mikroorganisme seperti bakteri,
jamur dan actynomicetes (Sudirja
dkk., 2005). Berdasarkan adanya kandungan unsur hara dan kemampuan mempengaruhi
karakteristik tanah serta pertumbuhan dan hasil tanaman, maka kascing berfungsi
sebagai pupuk organik. Oleh karena itu pemberian kascing sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil analisis kimia
kascing menunjukkan, adanya kandungan C yang sangat tinggi serta beberapa unsur
hara makro dan mikro lainnya seperti unsur hara N, P, K Ca, Mg, S, dan Fe
dengan kriteria sangat tinggi (Palungkun dalam Dahlia, 2004).
Kascing juga mengandung mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman
seperti giberelin, sitokinin, dan auxsin. Jumlah mikroba yang banyak dan
aktivitasnya yang tinggi bisa mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dari
kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman (Mashur, 2001).
Kascing mengandung asam humat yang bersama-sama dengan tanah liat berperan terhadap
sejumlah reaksi kimia didalam tanah yang berdampak pada peningkatan KTK
(Kapasitas Tukar Kation) dan kesuburan tanah (Mulat, 2003).
Kangkung
termasuk sayuran yang populer dan digemari masyarakat Indonesia. Tanaman
kangkung berasal dari India sekitar 500 SM, yang kemudian menyebar ke Malaysia,
Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan Afrika. Nama latin kangkung
adalah Ipomoea reptans. Di Cina,
sayuran ini dikenal dengan nama Weng Cai, sedangkan di Eropa kangkung disebut
Swamp Cabbage. Di Indonesia kangkung memiliki beberapa nama daerah, yaitu
Kangkueng (Sumatera), Kangko (Sulawesi) dan Utangko (Maluku)
Salah satu tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi serta memperlukan
bahan organik dalam budidayanya adalah tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans). Kangkung merupakan
jenis sayuran yang sudah dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia,
kangkung darat merupakan tanaman berumur pendek, yang mengandung gizi cukup
tinggi, yaitu vitamin A, B, C, protein, kalsium, fosfor, sitosterol dan
bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan
kesehatan (Maria, 2009).
Kangkung darat (Ipomoea reptans) dapat
tumbuh dengan baik di pekarangan rumah, maupun areal persawahan. Kangkung juga
dapat hidup dengan baik di daratan tinggi maupun daratan rendah. Selain itu
tanaman kangkung darat dapat ditanam di daerah yang beriklim panas maupun
lembab, serta tumbuh baik pada tanah yang kaya bahan organik dan unsur hara
yang cukup, sehingga dalam pembudidayaan kangkung membutuhkan pupuk untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil panen.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bekas cacing
(kascing) terhadap produksi kangkung darat (Ipomoea
reptans).
C. Hipotesis
Diduga ada pengaruh penggunaan bekas cacing (kascing) terhadap produksi
kangkung darat (Ipomoea reptans).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Kangkung Darat
Kangkung merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam famili Cnvolvulaceae. Tanaman kangkung dapat
digolongkan sebagai tanaman sayur. Kangkung terdiri dari 3 jenis yaitu kangkung
air (Ipomoea aquatica F.), kangkung
darat (Ipomoea reptans P), dan
kangkung hutan (Ipomoea crassiculatus
R.) (Pracaya dalam Budiati, 2017:1).
Kangkung darat (Ipomoea reptans
P.) merupakan sayuran yang bernilai ekonomi tinggi dan persebarannya cukup
pesat di daerah Asia Tenggara. Kangkung darat merupakan tanaman yang relatif
tahan kekeringan dan memiliki daya adaptasi luas terhadap berbagai keadaan
lingkungan tumbuh, mudah pemeliharaannya, dan memiliki masa panen yang pendek
yaitu 25-30 hari setelah tanam. Kangkung memiliki kandungan gizi yang lengkap,
diantaranya protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat besi,
natrium, kalium, vitamin A, B, C dan karoten (Pracaya dalam Budiati, 2017:1).
1. Klasifikasi Kangkung Darat
Tanaman kangkung darat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom :
Plantea (tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio :
Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio :
Magnoliophyta (berbunga)
Kelas :
Magnoliapsida (berkeping dua/dikotil)
Sub kelas :
Asteridae
Ordo :
Solanales
Familia :
Convolvulaceae (suku kankung-kangkungan)
Genus :
Ipomea
Spesies :
Ipomea reptans (Rukmana, 1994)
Jenis kangkung darat mempunyai daun berwarna hijau muda dan berukuran lebih
kecil dan sempit. Batangnya pun lebih kecil dan berwarna hijau pucat. Kedua
jenis kangkung tersebut digunakan untuk berbagai jenis masakan.
2. Morfologi Tanaman Kangkung Darat
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman
kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar
kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan
melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis
kangkung air (Djuariah, 2007).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air
(herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan
yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak
daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk
daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau
tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase
pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama
jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan
daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung (Maria, 2009).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji.
Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika
sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm,
dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak
bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua.
Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan
tanaman secara generatif (Maria, 2009).
B. Syarat Tumbuh
Sayuran ini dapat tumbuh dengan baik di pekarangan rumah, maupun areal
persawahan. Kangkung juga dapat hidup dengan baik di daratan tinggi maupun
daratan rendah sehingga hampir di seluruh tanah air kita tanaman ini dapat
dibudidayakan. Selain itu tanaman kangkung darat dapat ditanam di daerah yang
beriklim panas maupun lembab, serta tumbuh baik pada tanah yang kaya bahan
organik dan unsur hara yang cukup, sehingga dalam pembudidayaan kangkung
membutuhkan pupuk untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil panen (Rukmana,
1994)
1. Iklim
Tanaman ini dapat
tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat (Ipomea reptans)
dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah
hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara
500 – 5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat
cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan
demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung
dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun (Aditya, 2009).
Tanaman
kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang
cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh
memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas
terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung,
maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara
dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka
temperatur udara turun 1 derajat C (Aditya, 2009).
2. Media Tanam
Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung
darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk.
Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman
kangkung (Ipomea reptans) membutuhkan
tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi
tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).
3. Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik
di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik
kangkung darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di
mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap
sama asal jangan dicampur aduk (Anggara, 2009).
C. Manfaat dan Kandungan Gizi Kangkung
Kegunaan kangkung selain sebagai sumber vitamin A dan mineral serta unsur
gizi lainnya yang berguna bagi kesehatan tubuh, juga dapat berfungsi untuk
menenangkan syaraf atau berkhasiat sebagai obat tidur. Tanaman kangkung juga
mujarab untuk dijadikan bahan obat tradisional, diantaranya berkhasiat sebagai
penyembuh penyakit sembelit serta akar kangkung yang berguna untuk obat
penyakit wasir (Rukmana, 1994).
Kandungan gizi dalam sayuran kangkung menurut Haryoto (2009).
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Kangkung dalam
100 gram Sayuran Segar
No
|
Kandungan Gizi
|
Jumlah
|
1
|
Energi (kal)
|
29
|
2
|
Protein (g)
|
3,0
|
3
|
Lemak (g)
|
0,3
|
4
|
Karbohidrat (g)
|
5,4
|
5
|
Kalsium (mg)
|
73
|
6
|
Fosfor (mg)
|
50
|
7
|
Zat Besi (mg)
|
2,5
|
8
|
Vitamin A (SI)
|
6.300
|
9
|
Vitamin B1 (mg)
|
0,07
|
10
|
Vitamin C (mg)
|
32
|
11
|
Air (g)
|
89,7
|
Sumber: Haryoto, 2009.
Menurut Edi dan Yusri dalam
Budiati (2017:6) menyatakan bahwa kandungan gizi dan manfaat kangkung sama
seperti sayuran pada umumnya kangkung mengandung serat yang tinggi. 100 gram
kangkung darat mengandung 458 gram kalium dan 49 gram natrium. Kedua zat ini
merupakan persenyawaan garam bromida yang bekerja sebagai obat tidur karena
sifatnya yang menekan susunan saraf pusat. Kangkung mengandung zat sedatif
dimana dapat menurunkan ketegangan dan menginduksi ketenangan. Zat sedatif
dalam kangkung ini lebih banyak kandungannya pada kangkung darat daripada
kangkung air. Senyawa ipomea dalam
kangkung juga mengandung senyawa lysergic
acid, yaitu morning glory seed
yang berkhasiat sebagai halusinogenik.
Menurut Edi dan Yusri dalam Budiati (2017:7) kangkung kaya akan senyawa
fitokimia. Senyawa fitokimia merupakan komponen bioaktif dan antioksidan alami
bagi tubuh. Senyawa ini berperan sebagai nutrisi dan serat alami yang dapat
mencegah penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas dan mencegah pertumbuhan
sel kanker. Beberapa manfaat lain dari senyawa fitokimia adalah menurunkan
resiko terhadap penyakit kanker, hati, stroke, tekanan darah tinggi, katarak,
osteoporosis dan infeksi saluran pencernaan. Beberapa senyawa fitokimia adalah
alkaloid, flavanoid, kuinon, tanin, polifenol, saponin yang fungsinya saling
melengkapi. Sebagai antiracun, antiradang, peluruh kencing, menghentikan
pendarahan, dan memiliki efek sedatif pada kangkung mampu membawa zat
berkhasiat kesaluran pencernaan. Karena itulah kangkung memiliki kemampuan
menetralkan racun. Dalam setiap 100 gram kangkung terdapat 289 mg purin, oleh
karena itulah konsumsi kangkung oleh penderita asam urat harus dibatasi.
D. Pupuk Kascing (Bekas Cacing)
Kascing adalah tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk sampingan
dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik, sangat cocok untuk
pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing
mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu
hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta mengandung unsur hara (N,
P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp
yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya
unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Agung, 2007).
Kascing merupakan kotoran cacing yang dapat berguna untuk pupuk, kascing
ini mengandung partikel-partikel partikel kecil dari bahan organik yang dimakan
cacing dan kemudian di keluarkan tergantung pada bahan organik dan jenis
cacingnya. Namun umumnya kascing mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman
seperti nitrogen, fosfor, mineral, vitamin. Karena mengandung unsur hara yang
lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka Kascing dapat digunakan
sebagai pupuk (Simanungkalit, 2006).
Kascing mengandung hampir semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Keberadaannyapun dapat langsung tersedia dan dimanfaatkan sebagai pupuk.
Pengaplikasian kascing sebanyak 3,5 ton per hektar (Hamidah, 2010) sangat cocok
dilakukan pada tanah yang memiliki ketersediaan C-Organik (karbon organik)
rendah seperti pada umumnya tanah-tanah Inceptisol Karawang karena pada dosis
tersebut dapat menjadikan rasio C/N menjadi rendah dan pH tanh mendekat rata-rata
6,8.
Kascing merupakan kotoran cacing tanah yang bertekstur halus, kotoran
tersebut merupakan hasil olahan bahan organik dan beberapa unsur mineral
esensial dari tanah yang dimakan oleh cacing. Kascing memberikan manfaat bagi
tanaman diantaranya menyuburkan dan menggemburkan tanah sehingga cocok sebagai
media tanam, merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun, merangsang
pertumbuhan bunga, mempercepat panen serta meningkatkan produktivitas (Manahan.
S, dkk, 2016)
Kascing merupakan pupuk organik yang mengandung unsur hara yang lengkap,
baik unsur makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Kascing
memiliki unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral
dan vitamin. Kotoran cacing tanah sebagai bahan organik mengandung berbagai
bahan atau komponen yang secara fisik maupun kimiawi dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama dalam fase pembibitan yang
membutuhkan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhannya. Berdasarkan hasil
analisis, kotoran cacing mengandung unsur hara N, P, K, Na, Ca, dan Mg. Kotoran
cacing dapat meningkatkan pH tanah, populasi mikroflora dalam tanah, kadar
humus dan kandungan N, P, K dalam tanah serta unsur hara mikro lainnya yang
dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman (Rismunandar, 1994).
Pemupukan merupakan salah satu komponen penting dalam usaha meningkatkan
kesuburan tanah. Pupuk organik kascing merupakan pupuk organik plus, karena
mengandung unsur hara makro dan mikro serta hormon pertumbuhan yang siap
diserap tanaman. Kascing biasanya mengandung nitrogen (N) 0,63%, fosfor(P)
0,35%, kalium (K) 0,2%, kalsium (Ca) 0,23%, mangan (Mn) 0,003%, magnesium (Mg)
0,26%, tembaga (Cu) 17,58%, seng (Zn) 0,007%, besi (Fe) 0,79%, molibdenum (Mo)
14,48%, bahan organik 0,21%, KTK 35,80 me%, kapasitas menyimpan air 41,23% dan
asam humat 13,88% (Mulat, 2003).
Parnihadi (2009) kascing dapat membantu mengembalikan kesuburan tanah
karena di dalam kascing terdapat banyak mikroorganisme dan karbon organik yang
mendorong perkembangan ekosistem dan rantai makanan tanah. Karbon organik dalam
kascing menjadi sumber energi bagi biota tanah. Kandungan nutrisi, ZPT (Zat
Pengatur Tumbuh) dan mikroorganisme dalam kascing bersama-sama meningkatkan
ketersediaan dan daya kerja nutrisi yang terkandung di dalamnya. Komposisi
kascing juga meliputi berbagai zat yang esensial bagi tanaman. Zat ini
dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil tetapi bila tidak tersedia dapat
mengganggu perkembangan dan produksi tanaman yang diusahakan. Kascing
menyediakan nutrisi bagi tanaman dalam waktu yang relatif lebih lama (longivity) karena nutrisi dilepas secara
berangsur oleh mikroba atau bakteri yang terkandung di dalamnya.
Unsur-unsur
kimia yang terdapat dalam kascing siap
diserap tanaman dan sangat berguna bagi pertumbuhan dan produksinya. Disamping
itu kascing mengandung mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman.
Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi ini bisa mempercepat
pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia
bagi tanaman (Anonymous, 2017).
Kascing mengandung asam
humat dimana merupakan hasil akhir proses dekomposisi bahan organik yang
terdiri dari zat organik, disamping itu juga memiliki struktur molekul komplek
yang mengandung gugus aktif sehingga mampu untuk menstimulasi dan mengaktifkan
proses biologi serta fisiologi pada organisme hidup dalam tanah sehingga mampu menangkap
semua nutrisi tanaman dan merubahnya menjadi bahan dalam bentuk tersedia bagi
tanaman, disamping itu juga bersama-sama dengan tanah liat berperan terhadap
sejumlah reaksi kimia didalam tanah yang meningkatan KTK sehingga berdampak
pada kesuburan tanah (Mulat, 2003).
Secara fisik, Kascing mempunyai struktur remah sehingga dapat
mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Kascing juga mengandung enzim
protease, amilase, lipase dan selulase
yang berfungsi dalam proses perombakan bahan organik (Mashur, 2001).
E. Pengaruh Penggunaan Kascing terhadap Produksi
Tanaman
Hasil penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa pemberian pupuk kascing berpengaruh baik terhadap tanaman.
Berbagai penelitian dalam pemberian kascing yang sesuai dosis
dapat meningkatkan perbedaan yang nyata dalam luas daun dan bobot kering
tanaman dengan dosis optimum 7,5 ton/ha pada tanaman tomat
(Farida, 1995 dalam Paramita, 2009). Hal itu juga sama pada penelitian Hidayat
(2002) menunjukan tanaman buncis memberikan hasil maksimal apabila diberi
kascing sebanyak 60g/tanaman. Fransisca, (2009) menyatakan bahwa tanaman sawi
yang diberi kascing mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun
dan bobot segar pada tanaman sawi. Sedangkan hasil penelitian Paramita (2009),
dengan pemberian 7,5 ton/ha mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter krop, berat basah bagian atas (krop), dan bawah akar tanaman, berat
kering bagian atas (krop) dan bawah akar tanaman pada tanaman selada.
Pemberian kascing 8 ton/ha pada tanaman caisim didapat rerata jumlah daun 7,5 helai dan berat segar tajuk 21,1
g/tanaman paling tinggi (Fahrudin, 2009).
Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa kascing berpengaruh nyata terhadap
perbaikan struktur dan kesuburan tanah (Sudirja, 2005 dalam Paramita, 2009).
Demikian juga dengan hasil penelitian Setiaji, (2013) menjelaskan bahwa Pupuk
kascing berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun, pemberian
pupuk kascing dosis 8 ton/ha merupakan dosis optimum yang mampu meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun.
Penggunaan
kascing bisa memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman. Secara umum, dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi dosis kascing, semakin tinggi perubahan
pertumbuhan dan produksi yang dicapai. Berat tongkol jagung tanpa kascing hanya
12,67 gram, sedangkan dengan menggunakan kascing 300 gram/m2 berat
tongkol 64,64 gram (Mulat dalam Prihatiningsih, 2008).
Hasil penelitian Winten dalam
Sinda (2015) menyatakan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan dosis 10 ton ha-1
memberikan hasil tanaman selada berat kering oven sebesar 0,232 kg ha-1 atau
meningkat sebesar 9,43% dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kascing.
Hasil penelitian Srilaba dalam Sinda (2015) menunjukkan bahwa penggunaan
kascing dengan dosis 5 ton ha-1 dapat menghasilkan tongkol jagung segar sebesar
14,522 ton ha-1 atau lebih tinggi 4,41% dari dosis 0 ton ha-1.
Krisnawati
dalam Fahrudin (2009) menyatakan bahwa kascing berpengaruh sangat nyata
terhadap pertumbuhan vegetative kentang yang meliputi: tinggi tanaman, berat
basah dan berat kering tanaman. Pertumbuhan vegetatif tertinggi diperoleh pada
perlakuan pemberian pupuk kascing yaitu tinggi tanaman rata-rata 33,33 cm,
berat basah tanaman rata-rata 99,73 g dan berat kering tanaman rata-rata 8,95 g
dan terendah pada perlakuan tanpa pemberian pupuk kascing, yaitu tinggi tanaman
rata-rata 24,70 cm, berat basah tanaman rata-rata 87,49 g dan berat kering
rata-rata 8,38 g.
Hasil
penelitian Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP)
Denpasar menunjukkan bahwa sawi yang ditanam menggunakan media bekas kascing
sebanyak 5 ton/hektar meningkatkan panen sawi sebanyak 28,088 ton/ha. Pada
pemberian pupuk 150 kg Urea, 250 kg ZA, 50 kg SP-36, dan 50 kg KCl hanya
menghasilkan 12,826 ton/ha. Selain itu, penampilan sawi lebih segar, lembut,
warna lebih hijau, cerah dan mengkilap. Panen dapat dilakukan secara bertahap.
Di sisi lain, penanaman kedua dan ketiga tidak perlu menambahkan kascing lagi
(Fahrudin, 2009).
BAB III
BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di lahan
petani di wilayah
Kelurahan Sukun Kecamatan Sukun Kota Malang. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2018 hingga April.
B. Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan
alat-alat antara lain cangkul, sabit, penggaris, tali rafia, timbangan, dan
meteran. Sedangkan bahan-bahan penelitian berupa pupuk kascing, benih kangkung darat, Furadan 3G dan polybag ukuran 35 x 35 cm.
C. Metode
Percobaan ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan
dengan 3
ulangan. Adapun susunan perlakuan
sebagai berikut:
P0 =
Kontrol = Tanah 100% + Kascing 0%
P1 = Tanah 75% + Kascing 25%
P2 = Tanah 50% + Kascing 50%
P3 = Tanah 25% + Kascing 75%
Ulangan
|
Perlakuan
|
|||
U1
|
P3
|
P2
|
P1
|
P0
|
U2
|
P0
|
P1
|
P2
|
P3
|
U3
|
P2
|
P0
|
P3
|
P1
|
Gambar 3.1 Denah
Penelitian
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah yang diambil dari topsoil sedalam 20 cm, dibersihkan dari
kotoran dan ditumbuk halus kemudian dikeringkan selama ± 1 minggu sebelum dimasukan
dalam polybag. Media tanam masing-masing diberi furadan 3-G sebanyak 1 gram. Sebelum diisi media tanam, polibag terdahulu
dilubangi pada sisinya setinggi 10 cm dari permukaan tanah sebagai tempat
keluarnya kelebihan air. Berat media tanam ± 5 kg.
2. Penyiapan Benih
Benih kangkung yang digunakan dalam percobaan ini adalah varietas Grand-2 yang
diintroduksi dari introduksi dari Chia Tai Co. Ltd. (Thailand) dikembangkan
dari varietas bersari bebas menjadi varietas unggul.
3. Penanaman
Penanaman
dilakukan setelah media disiram sampai jenuh kemudian didiamkan selama satu
hari, selanjutnya biji kangkung dibenamkan ke media
dengan kedalaman ± 5 cm kemudian ditutup dengan tanah tipis.
3. Pemupukan
Pupuk
yang digunakan adalah pupuk kascing. Pemberian pupuk kascing
sesuai perlakuan, pupuk kascing dicampurkan dalam media tanam secara merata, diberikan 3 hari
sebelum tanam.
4. Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
dilakukan dengan melihat kondisi media tanam dan membersihkan gulma atau tanaman lain yang dapat mengganggu tanaman
kangkung. Untuk mencegah penyakit tanaman diberi
Furadan 3-G, pemberiannya pada saat sebelum tanam.
5. Pengamatan
Pengamatan
dilakukan tanpa merusak tanaman dan secara periodik dengan interval 7 hari, dimulai
14 hari setelah tanam. Parameter yang diamati meliputi :
1. Tinggi tanaman : dihitung
mulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuh. Pengukuran dimulai saat tanaman
berumur 14 hari setelah tanam.
2. Jumlah daun; dihitung banyaknya daun
yang telah terbuka sempurna pada satu tanaman.
3. Persentase Perkecambahan,
menghitung semua biji yang berkecambah (%).Daya Kecambah = (A/B) x 100
Dimana : A : Jumlah benih yang
berkecambah
B : J umlah benih yang ditanam
4. Persentase kecambah normal,
banyaknya biji yang tumbuh normal (%).

Dimana: % KN =
persentase kecambah normal pengamatan hari ke-i
Ti = hari pengamatan sampai
dengan hari ke-i
E. Analisis Data
Untuk analisis ragam digunakan
ANOVA (Analysis Of Variance) dan untuk menguji perbedaan diantara
perlakuan digunakan BNT 5%.
DAFTAR
PUSTAKA
Aditya, DP. 2009. Budidaya Kangkung.
http://dimasadityaperdana.blogspot.com. Diakses pada 3 Maret 2018.
Agung, A.K. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomea Reptans Poir). Universitas Muhamadiyah Metro.
Anggara, R.
2009. Pengaruh Kangkung Darat
(Iphomea reptans Poir.) Terhadap Efek Sedasi Pada Mencit BALB/C.
Skripsi. Semarang: Fakultas
Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Anonymous. 2017. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Budiati,
Ernanda Tri. 2017. Respon Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea
reptans P) Pada Media Tanam Arang
Sekam dan Cocopeat Serta Konsentrasi POH Cair. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Dahlia, Simanjuntak,
2004. Manfaat Pupuk Organic Kascing dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Tanah dan
Tanaman. Bidang Ilmu
Pertanian volume 2,
No 1.
Djuariah,
D. 2007. Evaluasi Plasma Nutfah Kangkung
Di Dataran Medium Rancaekek. Jurnal Hortikultura 7(3):756-762.
Fahrudin, F. 2009. Budidaya Caisim (Brassica juncea L,.) Menggunakan
Ekstrak Teh dan Pupuk Kascing. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Fransisca, S. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica
juncea .L) Terhadap Penggunaan Pupuk
Kascing dan Pupuk Organik Cair. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Hamidah, M.
(http:/hamidahmamur.wordpress.com/perihal/kascing-sebagai-pupuk-organik/) Diakses pada tanggal 3 Maret 2018.
Haryoto. 2009. Bertanam
Kangkung Raksasa di Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta.
Hidayat, A. 2002. Pengaruh Pupuk Organik Kascing dan Inokulan
CMA terhadap http:Jurnal/penelitian/bidang/ilmu/pertanian.com. Diakses. 28
Februari 2018.
Manahan,
S., Idwar., Wardati. 2016. Pengaruh Pupuk
Npk Dan Kascing Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Fase
Main Nursery. JOM Faperta Vol. 3
No. 2 Oktober 2016.
Maria, G.M. 2009. Respon
Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) Terhadap
Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Jurnal Ilmu Tanah 7(1) :
18-22.
Mashur.
2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah).http://kascing.com/article/
mashur/vermikompos-kompos-cacingtanah. Diakses tanggal 2/3/2018.
Mulat, T. 2003. Membuat
dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nordiyana.
2015. Pengaruh Pomi Pada Budidaya
Kangkung. Praktikum Mata Kuliah Agronomi Tanaman Hortikultura. Faperta.
Universitas Islam Riau.
Parnihadi. 2009. Manfaat Kascing.
http:/parnihadikascing.blogspot.com/2009/11/ Manfaatkascing.html. Diakses pada
tanggal 4 Maret 2018.
Paramita, Eka. 2009. Pengaruh Dosis Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Luctuca sativa L,.) Varietas
Imperial. Skripsi. Fakultas Pertanian. UKSW. Salatiga.
Prihatiningsih, Nur Laila. 2008. Pengaruh
Kascing Dan Pupuk Anorganik Terhadap Serapan K Dan Hasil Tanaman Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt) Pada Tanah Alfisol Jumantono. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rukmana, Rahmat. 1994. Seri Budidaya
Kangkung. Kanisius. Yogyakarta.
Rismunandar, 1994. Tanah
dan Seluk Beluknya Bagi Pertanian. Sinar Baru. Bandung.
Santosa, E. 2010.
Membudayakan Kembali Penggunaan Pupuk Hayati. Ketua Kelompok
Peneliti Biologi dan Kesehatan Tanah. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
Simanungkalit,
R.D.M, Dkk. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor,
Jawa Barat.
Sinda, Komang Melati
Nusantari Kusuma. 2015. Pengaruh
Dosis Pupuk Kascing Terhadap Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.), Sifat Kimia Dan Biologi Pada Tanah
Inceptisol Klungkung. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika Unud Vol. 4, No. 3, Juli 2015.
Sudirja, dkk. 2005.
Pengaruh Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai.
Gadjah Mada Universitas press. Yogyakarta.
Setiaji,
D.E. 2013. Pengaruh Kascing Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Daun (Allium Fistolusum. L). Skripsi. UKSW. Salatiga.
malang jawa timur 05-04/2018
by:wemy karoba
Komentar
Posting Komentar