LAPORAN PKL MANAJEMEN PEMBERIANPAKAN SAPI PERAH

















BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan sapi perah yang produksi susunya tinggi dengan persentase kadar lemak yang rendah apabila dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya. Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh faktor genetik (sifat keturunan) dan faktor lingkungan. Kemampuan sapi perah dalam memproduksi susu dipengaruhi oleh 30% genetik dan 70% lingkungan. Manajemen pemeliharaan meliputi manajemen perkandangan dan sanitasi lingkungan, manajemen pemberian pakan, manajemen pemerahan, pengaturan perkawinan dan penanganan penyakit serta pencegahannya. Susu merupakan hasil utama dari ternak perah, dengan kandungan gizi yang lengkap dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Nilai gizi yang terkandung antara lain karbohidrat, protein, lemak, mineral, kalsium, vitamin A, asam amino esensial maupun non esensial, dan sebagianya. Produksi susu yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia masih sangat rendah, karenanya diperlukan peningkatan hasil,produksi  baik kualitas maupun kuantitasnya.Peningkatan permintaan susu yang tidak diimbangi dengan bertambahnya populasi sapi, tentu saja mengakibatkan kebutuhan akan susu tidak terpenuhi. Pemenuhan produksi susu dengan penambahan ternak sapi perah membutuhkan waktu yang lama. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan usaha ternak sapi perah memiliki peluang dan prospek usaha yang sangat cerah. Meskipun demikian, prospek usaha ternak sapi perah yang sangat menjanjikan di Indonesia ini tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan tanpa memperhatikan tata laksana pemeliharaan sapi perah itu sendiri. Manajemen pemeliharaan induk laktasi sapi perah merupakan pelaksanaan pemeliharaan ternak setiap hari yang kegiatannya meliputi  pemberian pakan dan minum, sanitasi kandang, pelaksanaan perkawinan, pemerahan, pembersihan dan kesehatan sapi, dan sistem perkandangan.
Efisien pengembang biakan dan pengembangan usaha ternak sapi perah hanya dapat dicapai apabila peternak memiliki perhatian terhadap tata laksana pemeliharaan dan manajemen pengelolaan yang baik.Faktor manajemen pemberian pakan ternak sapi perah inilah yang memegang peranan penting dalam usaha ternak perah.  Adanya kegiatan magang ini diharapkan dapat mengetahui semua manajemen yang berkaitan dengan perusahaan peternakan karena sangat penting bagi mahasiswa untuk menunjang pengetahuan dan pengalaman dilapangan sebelum terjun kedunia usaha peternakan nantinya.
1.2  .Tujuan Praktek  Kerja  Lapang
1.      Mengetahui dan memahami tentang manajemen pemberian pakan sapi  perah periode laktasi.
2.      Meningkatakan pengetahuan. wawasan dan pengalaman mahasiswa  tentang manajemen     pemberian  pakan sapin perah periode laktasi.
1.3  Manfaat Pratek Kerja Lapang.
1.      Memberikan informasi tentang manajemen pemberian pakan sapi perah periode laktasi kepada masyarakat yang membutuhkan.
2.      Mahasiswa dapat mengembangkan lebih lanjut ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah melalui praktek kerja lapang,
3.      Memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan secara langsung tentang manajemen pemberian pakan sapi perah periode laktasi.
4.      Media untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang di peroleh yang di bangku kuliah.

                                                                                                               
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Manajemen Pemberian  Pakan  Sapi laktasi
Pemberian pakan sapi laktasi harus diperhitungkan dan disesuaikan dengan kebutuhan yang didasarkan atas hidup pokok, pertumbuhan dan produksi. Pemberian pakan secara individu pada sapi laktasi di kandang atau milking parlor berubah mengarah ke sistem pemberian pakan yang baru. Meskipun metode yang lebih baru tidak seefektif  (Sudono,2008).
Pakan ternak yang diberikan kepada sapi perah kandungan zat zat pakan seperti karbohidrat, vitamin, protein, lemak air dan mineral. Pemberian pakan yang baik juga harus mempertimbangkan palatabilitas dan aspek ekonomis. Pada pemberian pakan fase laktasi dikenal Phase Feeding. Phase Feeding merupakan suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam periode-periode berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi pakan.
          Fase 1 laktasi awal (early ) 0-70 hari setelah beranak Selama periode ini, produksi susu meningkat dengan cepat, puncak produksi susu dicapai pada 4-6 minggu setelah beranak. Pada saat ini konsumsi pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan (khususnya kebutuhan energi) untuk produksi susu, sehingga jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan. Selama fase ini, penyesuaian sapi terhadap ransum laktasi merupakan cara manajemen yang penting. Setelah beranak, konsentrat perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang meningkat dan meminimisasi problem tidak mau makan dan asidosis. Namun perlu diingat, proporsi konsentrat yang berlebihan (lebih dari 60% BK ransum) dapat menyebabkan asidosis dan kadar lemak yang rendah. Tingkat serat kasar ransum tidak kurang dari 18% ADF, 28% NDF, dan hijauan harus menyediakan minimal 21% NDF dari total ransum. Kandungan protein merupakan hal yang kritis selama laktasi awal. Upaya untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan PK selama periode ini membantu konsumsi pakan, dan penggunaan yang efisien dari jaringan tubuh yang dimobilisasi untuk produksi susu. Ransum dengan protein 19% atau lebih diharapkan dapat memenuhi kebutuhan selama fase ini. protein suplemen yang ekivalen per 10  susu, di atas 50 susu.Bila zat makanan yang dibutuhkan saat laktasi awal ini tidak terpenuhi, produksi puncak akan rendah dan dapat menyebabkan ketosis. Produksi puncak rendah, dapat diduga produksi selama laktasi akan rendah. Bila konsumsi konsentrat terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak mau makan, acidosis, dan displaced abomasum. Untuk meningkatkan konsumsizat-zatmakanan:
1.      Memberi hijauan kualitas tinggi,
2.      Proteinransumcukup,
3.      Tingkatkan konsumsi konsentrat pada kecepatan yang konstan setelah beranak,
4.      Tambahkan1,0-1,lemak/ekor/haridalamransum,
5.      Pemberian pakan yang konstan,dan
6.      Minimalkan stress.
Fase 2, konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua setelah beranak.
Selama fase ini, sapi diberi pakan berkualitas
(Sudon 1990) untuk mempertahankan produksi susu puncak selama mungkin. Konsumsi pakan mendekati maksimal sehingga dapat me-nyediakan zat-zat makanan yang dibutuhkan. Sapi dapat mempertahankan bobot badan atau sedikit meningkat. Konsumsi konsentrat dapat banyak, tetapi jangan melebihi 2,3% bobot badan (dasar BK). Kualitas hijauan tinggi perlu disediakan, minimal konsumsi 1,5% dari bobot badan  untuk mempertahankan fungsi rumen dan kadar lemak susu yang normal. Untuk meningkatkan konsumsi
1.      Memberi hijauan dan konsentrat tiga kali atau lebih sehari,
2.      Memberibahanpakankualitastinggi,
3.      Membatasiurea0,2/sapi/hari,
4.      Meminimalkanstress,
5.      Menggunakan TMR (total mix ration)
2.2.Jenis Pakan Sapi Laktasi
a.      Pakan Hijauan 
Semua bahan pakan  hijauan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian/ jenis kacang-kacangan.Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah dieroleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/ pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktos. Menurut Blakely dan bade (1996  yang sangat berperan dalam menghasilkan energi,
-          Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
-       Kacang-kacangan
Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.
-       Daun-daunan
Daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cinan
b.      Pakan Konsentrat
Konsentrat merupakan suatu campuran pakan yang mengandung kadar serat kasar rendah dan mudah dicerna. Konsentrat juga merupakan bahan pakan tambahan yang berfungsi sebagai pelengkap kebutuhan nutrisi utama yang belum terpenuhi dalam pemberian pakan hijauan atau pakan kasar (Anonimous,1990).
Konsentrat memiliki energi  yang tinggi dan serat kasar yang rendah. Pemberian konsetrat pada sapi perah harus disesuaikan dengan kebutuhan sapi.Jumlah konsentrat yang diberikan  untuk sapi perah, karena apabila konsentrat terlalu banyak diberikan akan mengakibatkan kegemukan pada sapi perah sehingga reproduksi sapi perah terganggu (Anggorodi, 1979).Bahan pakan konsentrat adalah bahan pakan yang mengandung satu atau lebih zat makanan dalam makanan dalam konsentrat tinggi yang terdiri dari bahan  pakan sumber energi, sumber protein, sumber mineral dan vitamin (Syarief, 1995).
2.3.Cara Pemberian Pakan
a.    Pakan hijauan di potongan 
Cara pemberian pakan  bisa juga dikatakan untuk ternak ruminansia sebaiknya disesuaikan  dengan kebutuhan nutrisi ternak. Pemberian hijauan sebaiknya dipotong sekitar 3-5 cm lantaran pemotongan hijauan yang lebih pendek bisa menaikan luas permukaan menjadikan menigkatkan penetrasi enzim terhadap substrat serta pada akhirnya bisa menaikan kecernaan bagi ternak. Dalam pemberiannya perlu diperhatikan hijauan yang telah di sebutkan disukai ternak serta tak memiliki kandungan racun ataupun toxin menjadikan bisa membahayakan perkembangan ternak yng mengkonsumsi. Akan tetapi permasalahan yng ada bahwasanya hijauan di daerah tropis semisal di wilayah indonesia memiliki kualitas yng tidak lebih baik menjadikan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak yang telah di sebutkan, butuh ditambah yang dengannya pemberian pakan konsentrat (Siregar, 1994). Pemberian pakan bagi atau bisa juga dikatakan untuk konsentrat serta hijauan sebaiknya diberikan selang waktu ± sekitar 2 jam agar pakan bisa termanfaatkan yang dengannya optimal (meminimalisir pakan yng terbuang). Frekuensi pemberian pakan sebaiknya pun ditingkatkan lantaran frekuensi pemberian pakan yng lebih tidak sedikit bisa menaikan konsumsi pakan ternak dibandingkan yang dengannya frekuensi pemberian pakan yng rendah yang dengannya pemberian pakan yng langsung tidak sedikit sekalian dalam satu waktu, akan tetapi peningkatan frekuensi pemberian pakan ini pun perlu disesuaikan yang dengannya jumlah tenaga yng tersedia.Kebutuhan kuantitatif dihitung berdasar bahan kering (BK). Kebutuhan BK bagi atau bisa juga dikatakan untuk ternak ruminansia berkisar antara 3-8 % dari bobot badan. Kebutuhan bk ternak ruminansia dipengaruhi oleh umur serta kondisi ternak. Ternak dewasa butuh bk lebih tidak banyak daripada ternak yng lebih muda pada umur yng percis, lantaran kebutuhan pokok hidup sapi dewasa relatif lebih kecil. Dalam manajemen pemberian pakan, penggantian pakan perlu di lakukan secara bertahap. Andaikan ternak telah terbiasa makan rumput, lantas akan diganti yang dengannya pakan berupa jerami padi, maka pemberian jerami padi perlu tidak banyak demi tidak banyak. Pertama-tama, jerami padi perlu dicampur yang dengannya rumput serta secara bertahap jumlah jerami padi ditingkatkan sampai-sampai pakan ternak berubah menjadi jerami padi. Perubahan jenis pakan, yng secara tiba-tiba bisa berakibat ternak stress, menjadikan tak mau makan. Oleh lantaran itu cara pemberiannya di lakukan tidak banyak demi tidak banyak agar ternak menyesuaikan diri dahulu, selanjutnya pemberian ditambah hingga jumlah pakan yng sesuai kebutuhannya, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum.Bagi atau bisa juga dikatakan untuk pemberian konsentrat bisa di lakukan yang dengannya cara kering ataupun basah (komboran). Siregar (1994), menyatakan bahwasanya pemberian konsentrat yng dicampur air akan menghasilkan campuran yng benar-benar homogen. Di jelaskan lebih lanjut oleh Sindoeredjo (1997), bahwasanya pemberian konsentrat yang dengannya cara basah akan menambah palatabilitas serta daya telan pakan, menjadikan akan menaikan konsumsi pakan. Yng butuh diperhatikan bila pemberian bentuk basah merupakan konsentrat yang telah di sebutkan perlu habis dalam sekali pemberian menjadikan tak terbuang. Konsentrat sebaiknya diberikan sebelum hijauan yang dengannya tujuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk merangsang aktivitas mikroorganisme dalam rumen, lebih-lebih bakteri selulolitik yng mencerna serat kasar. Pemberian konsentrat yng di lakukan dua jam sebelum pemberian hijauan akan menaikan kecernaan bahan kering serta bahan organik ransum.
Waktu terbaik pemotongan rumput adalah saat menjelang berbunga, karena saat kondisi inilah rumput memiliki kualitas dan kuantitas kandungan nutrisi yang optimal.Pemberian hijauan rumput sebanyak 10% dari berat badan. Pemberian hijauan legume/ kacang – kacangan sebanyak 1% dari berat badan.Pemberian hijauan pakan setelah dilayukan terlebih dahulu. Untuk mencegah mencret dan kembung, sebaiknya rumput dan legume jangan dipanen saat masih terlalu muda. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau  dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm Pemberian pakan penguat/ konsentrat sebanyak 1% dari berat badan.
b.   Cara memberi konsentrat
Sampai saat ini masih banyak peternak sapi perah memberikan pakan konsentrat dicampur air secara berlebihan, terkesan sapinya dipaksa minum sebanyak-banyaknya sehingga perut sapi menjadi besar. Perlakuan yang demikian itu kurang baik karena makanan konsentrat yang dicampur air akan merangsang menutupnya saluran rumen. sehingga makanan akan langsung masuk omasum. Jadi makanan konsentrat kurang dapat dimanfaatkan (pencernaan konsentrat kurang sempurna kerena tidak melalui rumen), karena makanan konsentrat yang dicampur dengan air berlebihan langsung ditelan masuk omasum tanpa adanya proses pengunyahan kembali (remastikasi). Agar sapi mau makanan kering sebaiknya dibiasakan sejak pedet, yaitu sejak pedet diberi pakan formula berupa calf starter atau berupa pakan konsentrat dan diberikan dalam bentuk kering. (Ako, 2013).
2.4.Frekuensi Pemberian  Pakan
Mengatur jadwal pemberian pakan ternak sapi baik untuk diterapkan pada jam-jam tertentu dan tidak diubah-ubah. Sebagai contoh, misalnya pemberian pakan dipagi hari jam 07.00 kemudian untuk makan siang jam 12 00 dan sore jam 15.00 maka usahakan selalu pada jam-jam tersebut. Menurut Hartanto,(2008) cara ini dapat merangsang ternak sapi menjadi terbiasa makan di jam – jam yang sudah ditentukan, sehingga ketika pakan diberikan, maka sapi akan segera memakannya dengan lahap. Dengan begitu, konsumsi pakan akan lebih optimal.
Hijauan
Semakin tinggi susu yang diproduksikan oleh seekor sapi perah, semakin banyak pula energi dan zat-zat makanan lainnya yang dibutuhkan oleh sa pi tersebut . Usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan pada sapi-sapi perah yang berproduksi susu tinggi, sering terbentur pada ketidakmampuan sapi-sapi tersebut untuk mengkonsumsi pakan yang diberikan . Hal ini akan dapat ditanggulangi dengan meningkatkan frekuensi pemberian pakan.
Penelitian-penelitian mengenai frekuensi pemberian pakan terhadap konsumsi pakan dan dampaknya terhadap peningkatan produksi susu sapi sapi perah, telah dilakukan puluhan tahun yang lalu. Penelitian yang telah dilakukan Morrison (1959) menyatakan bahwa pemberian pakan dari satu kali menjadi dua kali sehari pada sapi-sapi perah yang sedang berproduksi susu akan berakibat pada: Konsumsi bahan kering hijauan meningkat 10%, Produksi susu meningkat sampai dengan 6% ,  Memberikan keuntungan yang lebih besar di atas biaya pakan dan tenaga kerja lainnya yang telah dilakukan oleh Campbell (20011).  mengungkapkan bahwa pem berian pakan yang lebih sering pada sapi- pera yang sedang berproduksi sapi  yang berakibat pada. Peningkatan konsumsi pakan , Peningkatan produksi susu, Peningkatan kadar lemak susu.
Dari penelitian yang diutarakan di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi pemberian pakan akan dapat meningkatkan konsumsi pakan, sehingga produksi susu akan mengalami peningkatan. Peningkatan susu tersebut terjadi karena energi dan zat-zat makanan lainnya yang diperlukan untuk memproduksi susu tersedia dalam jumlah lebih banyak.
Frekuensi pemberian pakan tidak hanya meningkatkan konsumsi pakan, akan tetapi juga meningkatkan kecernaan bahan kering pakan. Penelitian yang diutarakan oleh Mc Cullouh (2013) pada Sapih perah mendapatkan, bahwa pemberian pakan dari satu kali menjadi 4 kali sehari akan dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dari 63,9% menjadi 67,1 % dan penyediaan protein dalam rumen meningkat dari 2,2 g menjadi 3,19 g/ hari. Peningkatan kecernaan bahan kering pakan akan menambah jumlah zat-zat makanan yang dapat diabsorbi untuk kebutuhan memproduksi susu. frekuensi pemberian pakan akan berimbas pada fungsi rumen dan performa sapi apabila dilakukan pencampuran antara hijauan dan konsentrat, hijauan diberikan terlebih dahulu pada saat pagi hari kemudian diikuti dengan campuran tepung (konsentrat).
Konsentrat
Sampai saat ini masih banyak peternak sapi perah memberikan pakan konsentrat dicampur air secara berlebihan, terkesan sapinya dipaksa minum sebanyak-banyaknya sehingga perut sapi menjadi besar. Perlakuan yang demikian itu kurang baik karena makanan konsentrat yang dicampur air akan merangsang menutupnya saluran rumen. sehingga makanan akan langsung masuk omasum. Jadi makanan konsentrat kurang dapat dimanfaatkan (pencernaan konsentrat kurang sempurna kerena tidak melalui rumen), karena makanan konsentrat yang dicampur dengan air berlebihan langsung ditelan masuk omasum tanpa adanya proses pengunyahan kembali (remastikasi). Agar sapi mau makanan kering sebaiknya dibiasakan sejak yaitu s diberi pakan formula berupa calf starter atau berupa pakan konsentrat dan diberikan dalam bentuk kering.
2.5.Jumlah Pemberian  Pakan
a.       Pemberian hijauan 10 %  bb
b.      Pemberian Konsentrat 1-2 % bb
Hijauan. Program pemberian pakan sapi laktasi  yang baik dapat meminimal kan  metabolik pada atau segera setelah beranak dan meningkatkan produksi susu selama laktasi berikutnya. Sapi kering harus diberi makan terpisah dari sapi laktasi. Ransum harus diformulasikan untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik: maintenance, pertumbuhan foetus, pertambahan bobot badan yang tidak terganti pada fase 3. Konsumsi BK ransum harian sebaiknya mendekati 10% BB; konsumsi hijauan minimal 1% BB; konsumsi konsentrat bergantung Sudono DKK., 2003)
Pemberian pakan pada sapi perah laktasi harus sesuai dengan bobot badan sapi, produksi susu dan kadar lemak susu  Untuk memenuhi kebutuhan pokok dan produksi, pakan yang diberikan kepada sapi perah yaitu  hijauan ± 10% dari bobot badan, konsentrat 1 - 2% dan total BK 2 - 4% dari bobot  badan  (Herlambang, 2014). Hijauan  merupakan seluruh tanaman  yang terdiri dari batang, daun dan buah yang dicacah maupun diberikan secara langsung kepada ternak (Kumalaningsih dkk., 2009).
Pemberian konsentrat sebaiknya 50% dari jumlah produksi  susu  yang dihasilkan, karena konsentrat memiliki pengaruh terhadap produksi  susu dan kadar berat jenis susu, sedangkan kadar lemak susu dipengaruhi oleh kualitas hijauan yang diberikan(Sudono dkk., 2003). Distiller’s dried grains with solubles merupakan hasil samping penggunaan jagung untuk etanol yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan pakan sumber protein yang baik untuk sapi perah (Tangendjaja, 2008). Mineral memiliki fungsi yang penting bagi tubuh ternak, diantaranya sebagai pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi, serta sebagai pemelihara keseimbangan asam-basa di dalam tubuh ternak (Tillman DKK., 1999). Air minum harus selalu tersedia dan diberikan secara  ad libitum, karena 87% komponen penyusun susu  berupa air  dan sisanya merupakan bahan kering (Sudono DKK., 2003). Untuk memproduksi 1 kg susu dibutuhkan 4-5 kg air minum per hari (Tillman DKK., 20015).
Jumlah pemberian pakan hijauan pada sapi perah dapat dilakukan dengan secara adlibitum (Santosa, 2002).Tingkat konsumsi pakan ternak ruminansia umumnya didasarkan pada konsumsi bahan kering pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat, persentase konsumsi bahan kerin gmemiliki grafik meningkat sejalan dengan pertambahan berat badan sampai tingkat tertentu,kemudian mengalami penurunan Rata­rata kemampuan konsumsi bahan kering bagi ruminansia adalah 2-3% dari berat badan (Mc.Cullough, 1973) Atau 2,5-3,2% menurut (Sugeng, 2002). Imbangan Hijauan dan Konsentrat Ransum ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pemberian ransum kombinasi kedua bahan itu akan member peluang terpenuhinya nutrient dan biayanya relative murah. Namun bias juga ransum terdiri dari hijauan/ konsentrat saja Apabila ransum terdiri dari hijauan saja maka biayanya relative muh dan lebihekonomis, tetapi produksi yang tinggi sulit tercapai, sedangkan pemberian ransum hanya terdiri dari konsentrat saja akan  memungkinkan tercapainya produksi  susu yang tinggi, ransumnya relative mahal dan kemungkinan bias terjadi gangguan pencernaan (Siregar1996).Pakan ternak untu sapi perah merupakan factor yang penting untuk meningkatkan produksinya Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein adalah unsure utama dalam pemberian pakan. Organ tubuh dan pertumbuhan, sedangkan karbohidrat berguna sebagai sumber energy yang digunakan untuk proses metabolisme (Darmono,1999)
Pakan hijauan sebaiknya diberikan pada siang hari setelah kegiatan pemerahan sebanyak lebih kurang 30-50 kg/ekor/hari Sedangkan pakan berupa rumput bagi sapi perah dewasa diberikan lebih kurang sebanyak 10 % dari bobot badan atau BB dan pakan tambahan diberikan sebanyak 1-2 % dari BB. Pakanhijauan pada sapi perah pemberian pakan pada ternak di tunjukan untuk memehui kebutuhan biologis ternak.Baik kebutuhan pokok maupun produksi. Kebutuhan untuk mempertahankan bobot badan, sedangkan kebutuhan produksi untuk memproduksi air susu, pertumbuhan, dan reproduksi jika pakan hanya cukup untuk memenuhui hidup pokok, maka bobot badan sapi tidak akan naik dan tidak akan bahan pakan berserat berupah hijauan merupakan pakan utama sapi perah seperti rumput dan legum. hijauan merupakan pakan utama sapi perah yang mengandung kadar serat tinggi, pakan hijauan biasa dikatakan sebagai pakan pokok (makro). Jadi sumber utama untuk kelangsungan hidup sampai berasal dari disini.Umumnya pakan hijauan menggunakan rumput-rumputan berkualitas sedang seperti rumput raja, rumput gajah, rumput alam, rumput lapangan, rumput benggala, dan rumput setaria. Sedangan hijauan berkualitas seperti kacang-kacangan leguminosa (gliricidia lamtro kaliadra) baru dan bangsa umbi-an biasa jadi pilihan utama. Penggunaan pakan hijauan sifatnya wajib paling tidak sekitar 60-70% harus ada di dalam pakan ternak sapi perah disamping pakan tambahan. Pakan hijauan diberikan pada siang hari  telah pemeran sebanyak kurang lebih 30-50 kg atau kurang lebih 10% berat badan sapi perekor setiap harinya setelah sapi di perah agar susu hasil perahan tidak berbau. Tetapi harus diperhatikan jika pemberian hijauan terlalu banyak bias menggagu penternahan yang berdampak pada badan sapi pengemukan yang mengurangi efisiensi produksi susu sapi bahkan bias menyebabkkan kematian karena displace abomasums.Pakan hijauan diberikan 2- 3 kali sehari, untuk pagi dan siang sesudah pemerahan susu. Pakan hijauan diberikan sebanyak lebih kurang 10% dari berat badan (BB) Pakan konsentrat hanya akan diberikan jika dalam keadaan kering sesudah kegiatan pemerahan 1-2 kali sehari sebanyak 1,5-3% dari berat badan (BB).Air minum disediakan secara tidak terbatas.
2.6.Jumlah pemberian konsentrat.
Pada sapi perah yang perlu di perhatikan selain jumlahnya juga kandunga nutrisinya. Bahan pakan konsentrat merupakan pakan  mengandung serat kasar rendah dan bersifat mudah dicerna, misalnya dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, jagung, kedelai. Zat-zat makan yang tidak dapat dipenuhi oleh rumput dan hijauan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan sapi perah, dilengkapi oleh zat-zat makanan yang berasal dari pakan.Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan secara adlibitum di batasi pemberian secara libitum sering kali tidak efisien karena akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang dan pakan yang tersisa menjadi busuk sehingga ditumbu hijauan dan sebagainya yang akan membahayakan ternak bila termakan (Santosa, 2002).Tingkat konsumsi ternak ruminansia umumnya didasarkan ada konsumsi bahan keringpakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat, persentase konsumsi bahan kering memiliki grafik meningkatkan sejalan dengan pertambahan berat badan sampai tingkat tertentu,kemudian mengalami penurunan Rata-rata kemampuan konsumsi dari berat badan (Mc.Cullough, 1999) Atau 2,5,3,2 % menurut (Sugeng, 2002). Imbangan Hijauan dan Konsentrat Ransum ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pemberian ransum berupa kombinasi kedua bahan itu akan peluang terpenuhinya nutrien dan biayanya relatif murah. Namun bisa juga ransum terdiri dari hijauan atau pun konsentrat saja. Apa bila ransum terdiri dari hijauan saja maka biayanya relatif murah dan lebih ekonomis, tetapi produksi yang tinggi sulit tercapai, sedangkan pemberian ransum hanya teriidari konsentrat saja akan memungkinkan tercapainya produksi susu tinggi, ransumnya relatif mahal dan kemungkinan bisa terjadi pencernaan (Siregar, 1996) Pakan ternak untu sapi perah merupakan faktor yang penting untukmeningkatkan produksinya. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein adalah unsur utama dalam pemberian pakan organ tubuh dan pertumbuhan, sedangkan karbohidrat berguna sebagai sumber energi yang digunakan untuk proses metabolisme (Darmono, 1999) Pada usaha penggemukan sapi, pemberiaan pakan konsentrat lebih banyak dari pada hijauan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertambahan berat badan yang cepat. Pada sapi perah yang perlu diperhatinkan selain jumlahnya juga kandungan nutrisinya. Bahan pakan konsentrat merupakan pakan  mengandung serat kasar rendah dan bersifat mudah dicerna, misalnya dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, jagung, kedelai. Zat-zat makan yang tidak dapat dipenuhi oleh rumput dan hijauan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan sapi perah, dilengkapi oleh zat-zat makanan yang berasal dari pakan konsentrat Perbandingan jumlah konsentrat dan hijauan dalam ransum sapi pearh atas dasar bahan kering adalah 70% dan 30% (Anonimus 2011).





BAB III
METODE PERAKTEK KERJA LAPANG
3.1.Lokasi dan Waktu PKL
Peraktek Kerja Lapang dilaksanakan selama 1 bulan 40 hari dengan kisaran 8 jam kerja per hari. Praktek Kerja Lapang (PKL) dimulai pada tanggal 18 September sampai 30 Oktomber 2017 bertempat di CV. Milkindo Berkah Abadi,Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.
3.2.Metode pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam PKL ini adalah partisipasi aktif dalam melakukan proses pemberian pakan dan observasi secara langsung yaitu dengan melakukan secara langsung proses manajemen pemberian pakan sapi perah periode laktasi. Kegiatan yang dilakukan dalam PKL ini antara lain: pengenalan ternak, kegiatan mengelola induk laktasi dan penanganan induk laktasi , mengelola manajemen pemberian pakan sapi perah periode laktasi.
1.      Observasi/pengamatan
Observasi merupakan suatu metode yang digunakan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung serta mencari dan mencatat tentang berbagai hal yang ada hubungannya dengan manajemen pemeliharaan kesehatan sapi perah di Cv. Milk indo berkah abadi.


2.      Interview/wawancara
Metode ini merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada pembimbing lapangan yang ada di lokasi tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih jelas mengenai manjemen pemberian pakan sapi perah, periode laktasi.
3.      Praktek  Kerja Lapang
Dalam Kegiatan ini ikut terlibat secara langsung dalam manajemen pemberian pakan sapi perah periode laktasi
3.3.Variabel yang di Amati
Variable yang di amati dalam kegiatan PKL meliputi manajemen pemberian pakan sapi perah periode laktasi  yaitu;
1.      Manajemen pemberian pakan
2.      Jenis-jenis pakan
3.      Frekuensi pakan yang diberikan
4.      Cara pemberian pakan
5.      Jumlah pemberian pakan
3.4.Analisis Data
Data yang di peroleh dari PKL dianalisis  secara deskriptif kualitatif untuk memberikan gambaran tentang manajemen pemberian pakan sapi perah periode laksasi.


DAFTAR. PUSTAKA
Akoso, B. T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius.
Yogyakarta.
Anonimus. 1995. Petunjuk Beternak Sapi Perah dan Kerja. Kanisius.
Yogyakarta.
Anonimus .1996.  Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah .Kanisius.
Yogyakarta.
Anonimus. 2002. Beternak Sapi Perah. Kanisius.
Yogyakarta.
Blakely, J dan D.H, Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke empat. Di terjemahkan oleh Srigandono, B. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Budiharjo  dan Ernawati, 2002. Intergrasi Padi dengan Sapi Perah. Badan
Penelitian  dan pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jawa
Tengah.
Djarirah, A.S. 1996. Pengembangan Persusuan dan Dampak Bagi Pengembangan
Operasi dan Peternak. Penebar Swadaya. Jakarta
Djojowidagdo, S. 1982. Mastitis Mikotik, Radang Kelenjar Susu oleh Cendawan
pada Ternak Perah. Warta Zoa 1: 9-12. Kanisius. YogYakarta.
Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah .Kanisius. Yogyakarta.
Hadiwiyoto, S. 1983. Tekhnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty.
Yogyakarta.
Kusnadi, U. 1983. “Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Perah yang Tergabung dalam
Koperasi di Daerah Istimewa Yogyakarta”, Proceeding Pertemuan Ilmiah
Ruminansia Besar.  Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Bogor.
Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah Lembaga Pengembangan
Pendidikan  (LPP) dan (UNS Press). Surakarta.
Muljana, B.A. 1987. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Perah. CV.Aneka Ilmu. Semarang.
Sarwono, B. dan H.B.Arianto.  2002. Sapi Perah Secara Cepat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, A.G.A. 1995. Pengaruh Cuaca dan Iklim Pada Produksi Susu. Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan. Jakarta.
Siregar D.A. 1996. Usaha Ternak Sapi. Kanisius Yogyakarta.
Siregar S. B. 1993. Sapi Perah, Jenis, Tekhnik Pemeliharaan dan Analisis Usaha.
Angkasa, Bandung. xli
Siregar S. B. 1996. Konsep Peraturan Makanan Ternak tentang Standar Makanan
Sapi Perah. Usaha Angkasa. Bandung.
Sitorus, P.E. 1983. Perbandingan Produktivitas Sapi Perah Impor di Indonesia.
Laporan Khusus Kegiatan Penelitian Periode Tahun 1999-1997. Balai
Penelitian Ternak. Bogor
Soebandryo. 2001. Pemanfaatan Limbah Ternak. Trobos, edisi 11 hlm 7. Jakarta
Sudono, A. 1993. Perkembangan Ternak Ruminansia Besar Ditinjau dari Ilmu
Pemuliaan Ternak Perah di Indonesia. Proceeding Pertemuan Ilmiah
Ruminansia Besar. Puslitbangnak. Bogor.
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Sapi Perah. Cetakan ke 1. Jurusan Ilmu
Sudono, A. 2003. Keuntungan Dalam Pengolahan Limbah Ternak. Trobos.
Jakarta.
Produksi Ternak. Fakultas Peternakan IPB Bogor.
Sudono, A, R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah
Secara Intensif . Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sugeng, Y.B. 2001. Laporan Feasibility Study Sapi Perah di Daerah Sumatera
Utara, Survey Agro Ekonomi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutardi, T. 1983. Pengaruh Kelamin dan Kondisi Tubuh Terhadap Hubungan
Bobot Badan dengan Lingkat Dada pada Sapi Perah. Media Peternakan,
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sutardi, T. 1984. Konsep Pembakuan Mutu Ransum Sapi Perah. Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Peternakan. Jakarta.
Syarief, M.Z. dan Sumoprastowo, C.D.A. 1985. Ternak Perah. CV.Yasaguna.
Jakarta.
Toelihere, M.Z. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Widodo. 2003. Bioteknologi Susu. Lacticia Press. Yogyakarta.
Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis.Diterjemahkan oleh Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Zainuddin, G. 1982. Hijauan Makanan Ternak, Apa dan Bagaimana. Swadaya
Warta Persusuan Indonesia. Jakarta.

Editor:
nama :wemilenus karoba


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAKER BPH PUSAT IKB-PMPT-SE-DAN BALI MASSA BHAKTI 2018/2019

manajemen pemberian pakan sapi perah.